BIM | BANDA ACEH – Tim Subden III Kimia Biologi dan Radioaktif Nuklir (KBRN) Gegana Sat Brimob Polda Aceh melakukan pengecekan atau deteksi gas yang diduga beracun di sumur atau tempat penampungan air yang sudah lama tertutup di kawasan Jalan Taman Merduati, Desa Merduati, Kecamatan Kuta Raja, Banda Aceh, Minggu (24/11/2024).
Komandan Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Aceh, Kompol Akmal, MM yang memimpin langsung kegiatan tersebut mengatakan, berdasarkan hasil pengecekan dari unit KBRN Gegana, menunjukkan adanya gas kimia beracun di ruangan tertutup tersebut, sehingga menyebabkan kematian.
Pengecekan menggunakan alsus chempro 100i dengan kadar gas beracun grafik standar 0 sampai 4.0 dan identifikasi reaksi kimia 1 bar (low).
“Adanya gas beracun dimungkinkan karena reaksi kimia dari semen dan sika keramik yang terendam air di ruangan penampungan air yang tertutup lebih dari dua bulan,” jelas Kompol Akmal saat dikonfirmasi Serambinews.com, Minggu malam.
Setelah kegiatan pengecekan tersebut selesai dilaksanakan, pihaknya memerintahkan agar tutup tandon penampungan air itu tidak ditutup guna mengurai gas yang terdapat di dalamnya.
Sambil menunggu hasil penelitian dari Tim KBRN, untuk sementara waktu lokasi TKP dipasang garis polisi atau police line.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak tiga pekerja bangunan meninggal dunia usai menghirup diduga gas beracun dari sumur atau tempat penampungan air yang sudah lama tertutup di kawasan Jalan Taman Merduati, Desa Merduati, Kecamatan Kuta Raja, Banda Aceh, Sabtu (23/11/2024).
Ketiga pekerja itu didapati sudah terkulai lemas di dalam sumur, sekira pukul 15.00 WIB, saat dilakukan pengecekan oleh pekerja lainnya.
Mereka merupakan pekerja bangunan yang sedang membangun rumah warga di kawasan tersebut.
Kapolresta Banda Aceh, Kombes Fahmi Irwan Ramli melalui Kapolsek Kuta Rata, AKP Bambang Junianto menyampaikan, ketiga korban adalah Sadawan Jumadi (32) warga Simeulue, Fadlon (30) warga Aceh Besar, dan Amru (35) warga Kabupaten Nias, Sumatera Utara.
Zahari, rekan korban sesama pekerja mengatakan, ketiganya terjebak di dalam sumur yang sudah dua bulan tidak dibuka, usai rampung dibangun.
Sumur tempat penampungan air tersebut berukuran 2×3 meter dengan ketinggian dua meter.
Katanya, saat itu mereka mendapat perintah untuk membuka triplek dan penopang coran tempat penampungan air tersebut.
Karena sumur itu sudah selesai dicor sejak dua bulan lalu.
Sekira pukul 15.00 WIB, saat kembali dari membeli gorengan, Zahari mendapati korban Amru dan Fadlon sudah pingsan di dalam tempat penampungan air tersebut.
Para pekerja lainnya langsung panik melihat kejadian tersebut.
Melihat dua rekannya tak berdaya dalam sumur, Sadawan langsung berinisiatif turun ke dalam sumur untuk memberikan pertolongan.
Kata Zahari, dirinya sempat menginstruksikan kepada Sadawan agar mengikat tali di bagian ketiak agar mempermudah proses evakuasi, namun tak diindahkan.
Sadawan langsung masuk dalam sumur dan mendekati korban.
Saat akan mengangkat badan Fadlon, Sadawan pun langsung jatuh pingsan.
“Kemudian adik Sadawan, Totok berniat turun untuk menolong para korban,” terang dia.
“Lalu saat memasukkan kepalanya ke dalam, ia mengaku tidak sanggup lantaran mencium bau gas yang cukup kuat,” jelasnya.(*)
Sumber : Serambinews.com.