BIM | IDI – Kawanan gajah kembali merusak kebun milik warga di Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, pada Senin (9/6/2025) pagi, sekitar pukul 10.00 WIB. Total perkebunan yang rusak mencapai sekitar 3 hektare (ha).
Kepala Dusun (Kadus) Blang Gadeng, Sulaiman, membenarkan peristiwa tersebut. Ia menyebutkan, kebun sawit milik sejumlah warga porak-poranda setelah dimasuki gajah liar yang merusak tanaman muda. “Setidaknya ada sekitar 75 batang pohon sawit yang diobrak-abrik. Semuanya rusak, sebagian tumbang dan tidak bisa diselamatkan,” ujar Sulaiman kepada wartawan.
Lahan yang rusak diketahui milik empat warga setempat, yakni Jenal Abidin, Abu Salem, Mariadi, dan Dedek. Keempatnya mengalami kerugian akibat kebun mereka dimasuki gajah liar yang diduga berasal dari kawasan hutan sekitar.
Meski belum diketahui secara pasti berapa jumlah gajah yang terlibat dalam insiden ini, warga menduga kawanan tersebut terdiri dari lebih dari satu ekor, mengingat luas dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Para pemilik kebun mengaku terkejut saat tiba di lokasi. Mereka menemukan jejak kaki gajah berserakan di tanah berlumpur serta batang-batang sawit muda yang hancur dan roboh.
Menurut informasi dari warga, masuknya gajah ke area perkebunan diduga karena alat pengusir satwa jenis electric fencing Gallagher MBS2800 yang biasanya digunakan untuk mencegah gajah mendekat, tidak berfungsi. Alat tersebut mengalami kerusakan setelah tersambar petir dua hari sebelumnya. “Alat Gallagher yang biasa menghalau gajah rusak karena disambar petir. Sampai sekarang belum bisa diperbaiki,” tambah Sulaiman.
Insiden ini menambah panjang daftar konflik antara manusia dan satwa liar di wilayah Aceh Timur, khususnya di daerah yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan habitat gajah. Warga berharap pihak terkait seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh dan pemerintah daerah segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini.
Konflik antara gajah dan manusia di Aceh bukan hal baru. Perambahan hutan, alih fungsi lahan, serta minimnya zona penyangga membuat interaksi antara satwa liar dan manusia semakin sering terjadi, yang kerap kali berujung pada kerugian di pihak warga maupun terancamnya keselamatan gajah itu sendiri.(al)
Sumber : serambinews.com