BIM | atau cadangan pemerintah. “Penyebab kenaikan harga beras itu sendiri memang sudah biasa terjadi, apalagi Aceh saat ini berada di masa nanam padi, bukan berada di masa panen. Namun, stok beras untuk wilayah Aceh sendiri saat ini bisa dibilang masih tersedia dengan banyak,” tegasnya.
Fenomena naiknya harga beras saat masa tanam seperti ini bukanlah hal baru. Situasi serupa juga pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya, dan menjadi bagian dari pola musiman dalam sektor pertanian. Selain masa tanam, faktor lain seperti distribusi logistik, biaya transportasi, iklim yang kurang bersahabat, serta meningkatnya permintaan menjelang hari-hari besar keagamaan turut memperparah kondisi harga di pasar. Pemerintah daerah melalui Dinas Pangan terus berupaya memantau perkembangan harga dan menjalin koordinasi dengan para distributor serta pedagang untuk memastikan harga tetap dalam batas wajar.
Dalam kesempatan itu, Nancy juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak melakukan aksi borong atau penimbunan, yang justru bisa memperparah kondisi pasar. Ia memastikan bahwa stok beras di gudang-gudang Bulog dan distributor besar masih aman dan siap disalurkan kapan pun dibutuhkan. “Kami harap masyarakat bisa belanja sesuai kebutuhan dan tidak panik. Pemerintah akan terus memantau pasar dan melakukan langkah intervensi apabila diperlukan,” ujarnya.
Sebagai upaya jangka panjang, pemerintah daerah juga tengah mendorong percepatan tanam dan peningkatan produktivitas pertanian lokal agar Aceh dapat lebih mandiri dalam mencukupi kebutuhan beras domestik. Diharapkan, dalam waktu dekat harga beras dapat kembali stabil, khususnya setelah masa panen berlangsung di beberapa wilayah sentra produksi padi di Aceh.
Sumber : rri.co.id